KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat,. taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulisan
makalah yang berjudul “Contoh Perilaku Husnuzan” ini, bertujuan untuk
mengetahui contoh-contoh perilaku husnuzan baik kepada Allah swt., kepada diri
sendiri, dan terhadap sesama manusia.
Penulis
menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan dari
siswa-siswi dari SMA Negeri 2 Pangkajene khususnya kelas X Pythagoras dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
.
Penulis
berharap dengan penulisan Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan
datang.
Pangkajene, 10 Oktober 2012
Penulis
Contoh-contoh
perilaku husnuzan
a. Husnuzan
kepada Allah swt.
Husnuzan
artinya berprasangka baik. Sedangkan husnuzan kepada Allah swt. mengandung arti
selalu berprasangka baik kepada Allah swt., karena Allah swt. terhadap hambanya
seperti yang hamba-Nya sangkakan kepada-Nya. Jika seseorang hamba berprasangka
buruk kepada Allah swt. maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut,
jika baik prasangka hamba kepada-Nya maka baik pulalah prasangka Allah kepada
orang tersebut.
Pada
hakikatnya, apa pun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita
harus berbaik sangka. Misalnya, cobaan sakit, keluarga kita ada yang mengalami
kecelakaan lalu lintas, semua itu adalah cobaan dan kita harus tabah dan
tawakkal menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada seorang hamba-Nya
maka Allah akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga
kadar keimanannya bertambah pula.
Cara membiasakan diri bersikap sabar:
1) Zikrullah
(mengingat Allah)
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ
اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
(QS.
Ar-Ra’d: 28)
Zikir dapat melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut asma Allah. Tetapi zikir juga bisa dilakukan dengan tindakan merenung dan memerhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah juga.
2) Mengendalikan
emosi
Agar seseorang bisa berbuat sabar, maka harus berlatih
mengendalikan emosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam melatih
mengendalikan emosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam melatih
mengendalikan nafsu atau emosi, yaitu:
a) Melatih
serta mendekatkan diri kepada Allah swt.
b) Menghindari
kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama.
c) Memilih
lingkungan pergaulan yang baik.
b. Husnuzan
kepada diri sendiri
Husnuzan terhadap
diri sendiri berarti berprasangka baik kepada diri sendiri. Menerima apa adanya
serta tetap berbaik sangka pada Allah swt., tidak menyesali keadaan dan
keberadaannya. Adanya berbagai cobaan misalnya, miskin, cacat, sakit dan
sebagainya kita harus tetap bersyukur pada Allah swt. yang telah menciptakan
sebaik-baik makhluk. Firman Allah swt.:
بِأَنْفُسِهِمْ
مَا يُغَيِّرُوا حَتَّ وْمٍبِقَمَا يُغَيِّرُ لااللَّهَ إِنَّ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.
Sikap yang
menunjukkan husnuzan dalam kehidupan sehari-hari antara lain: gigih,
berinisiatif, dan rela berkorban.
1) Gigih
Gigih berarti berkemauan kuat dalam
usaha mencapai sesuatu cita-cita. Gigih sebagai salah satu dari akhlakul
karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil
yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan
hati.
Orang yang gigih tidak akan
berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan sehingga ia akan merasakan
keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya
hidayah yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha
kita yang sia-sia.
2) Berinisiatif
Berinisiatif artinya senantiasa
berbuat sesuatu yang sifatnya produktif berinisiatif menuntut sikap bekerja
keras dan etos kerja yang tinggi.
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat
yang produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah selesai
kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan dengan
ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknolohi serta
senantiasa mengefesiensikan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau
permasalahan.
3) Rela
berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan
imbalan atau dengan kemauan sendiri. Berkorban bararti memiliki sesuatu yang
dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela berkorban
dalam kehidupan masyarakat berarti bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu
(tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat.
Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi dirinya
sendiri.
c. Husnuzan
terhadap sesama manusia
Hampir
setiap waktu kita berinteraksi dengan orang lain, dan dari interaksi itulah
kerap kali timbul salah paham-salah paham yang menjadi kerikil dalam
komunikasi. Hampir setiap hari kita melakukan kesalahan. Baik yang disadari
maupun tidak. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk melakukan tobat setiap hari.
Hubungan
baik antara sesame manusia, khususnya antara mukmin yang satu dengan mukmin
yang lain merupakan suatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Hal ini
karena Allah swt. telah menggarisbawahi bahwa seluruh kaum mukmin adalah
bersaudara, sebagaimana firman Allah swt.:
وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara.
Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian
kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.
Karena
setiap saat kita dapat menjadi orang yang melukai atau dilukai atau keduanya
dalam waktu yang bersamaan setiap saat, maka kita amat perlu memlihara dan
memupuk kemampuan untuk berbaik sangka (husnuzan) dan berlapang dada. Apabila
ada masalah kita harus mencegah prasangka buruk yang mungkin timbul pada diri
kita dengan berani bertanya mengenai duduk permasalahannya. Dan yang paling
akhir adalah berani meminta maaf atau memaafkan bila kita memang salah atau
ketika orang lain meminta maaf. Hal ini dimaksudkan agar ukhuwah islamiyah
tetap terjalin dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar